Alhamdulillah…
Kamis (27/8) kemarin akhirnya kesempatan juga buat silaturahmi dengan Bu guru matematika waktu SMA dulu.
Sempat beberapa kali janji tapi gak ketemu juga –hikks, maafkan muridmu yang Php ini, Bu– Jam 11 kami bertemu di Gramedia Central Park.
Lah kok ketemuannya di Gramed, Gung? Sekalian soalnya, Ibu mau nganterin anaknya beli alat2 gambar gitu.
Waktu sampai di Gramedia, aku langsung salim. Hohoho. Selain anak perempuannya yang sedang menjalani pengobatan kanker, juga hadir anak pertamanya yang kuliah akuntansi di Universitas Siliwangi, Tasik. Bukan hanya mereka bertiga saja, ada sepasang Ibu dan anak laki-laki umur 10 tahun yang baru saja sembuh dari leukimia.
Sebelumnya aku pernah bikin tulisan tentang perjuangan Ibu Guruku ini yang tak kenal menyerah dalam mendampingi proses penyembuhan putrinya. Hari ini kulihat perjuangan yang sama. Setahun terakhir ini beliau tidak mengajar, fokus ke putrinya saja.
Bedanya dengan pertemuanku dengan Putri, sebut saja namanya seperti itu ya, sebelah kakinya sudah mendahului ke Surga.
Putri kalo pergi ke mana-mana praktis pake kursi roda, kadang didorong Ibunya atau kakaknya. Mencari alat gambar dan buku di barisan rak itu. Kadang dia gunakan sebelah kakinya untuk tumpuan terus jalan deh atau pakai tangannya untuk menarik tubuhnya dan kursi roda itu. Hiks, diksiku parah sekali. Gitu lah intinya mah ya pada paham.
Parasnya tampak serius, aku bingung ingin ngajak ngobrol dari mana. Sesekali aku ngobrol dengan Ibu tentang Putri, tak kurang 6 kali kemoterapi sudah dia jalani.
Aku tersadar satu hal. Sepertinya masih belum levelku buat dapat ujian seperti Putri atau Ibu. Masalah yang mereka hadapi jauh lebih berat dari serangkaian masalah yang membelitku. Hal ini membuatku bercermin.
Aku sadar tak banyak hal yang bisa kubantu buat Ibu. Sekedar ngajak ngobrol Putri dan membuatnya tersenyum sudah cukup baik. Tapi gimana caranya? Harus kumulai dari mana?
Aku yang biasanya pede kalo urusan pedekate sama cewek langsung down. Kruk.
Tapi aku teringat dengan beberapa tips yang sudah biasa kupraktekkan.
1. Talk about her.
Namanya juga sharing dan ingin menghiburnya, alih-alih memberinya setumpuk nasehat dan kisah supaya sabar, aku memutuskan untuk bertanya dan memancingnya untuk bercerita tentang semua yang berkaitan dengan gambar, anime dan manga. Ya, semua itu favoritnya.
Aku lupa gimana awalnya tadi, tahu-tahu kami sudah ngobrol ngalor ngidul tentang anime. Tentang komik detektif conan 1-83 yang dia baca dan koleksi, dapat tiket gratis nonton detektif conab the movie di blitz, sampai kemudian aku merekomendasikan film animasi “Battle of Surabaya” dan “Inside Out” yang bisa dia tonton di akhir pekan. Sepanjang perbincangan itu aku sama sekali tidak menyinggung tentang kanker atau sebelah kakinya yang sudah mendahuluinya ke Surga.
Oya, usia Putri ini setara kelas 3 SMA kalo tidak salah. Lupa. Hehe.
2. Posisikan tubuhmu sejajar dengannya.
Tolong koreksi ya teman-teman yang lebih paham tentang parenting. Salah satu tips parenting yang dulu aku dapat, kalo mau akrab bicara dengan anak tuh posisikan tubuh dan pandangan sejajar dengan lawan bicara. Hal ini juga terbiasa aku praktekan. Begitu pun ketika berhadapan dengan Putri.
Aku sengaja membungkuk bahkan jongkok agar posisi tubuh dan pandanganku sejajar dengan dia yang duduk di kursi roda. Entahlah, aku merasa dengan begini lebih akrab saja dan jadinya tidak ada barrier atau batas. Memang butuh usaha lebih daripada aku ngobrol dengan berdiri dan memandangnya dari ketinggian. Tapi itu semua terbayar ketika tak ada jarak di antara kita. #Eaaa.
Jangankan anak-anak, gimana sih kalau kalian melihat dua orang dewasa ketika ngobrol yang satu menundukkan kepala minder sedangkan seorang lagi mendongakkan kepalanya sombong? Bukan percakapan yang setara kan.
Hei Put, kita ini teman loh. Pesan itu yang ingin kusampaikan padanya. Semoga saja tersampaikan. Hehehe.
Lagian memang anaknya sudah tangguh kok, insya Allah. Tak jarang malah Putri yang menguatkan Ibu Guruku saat dirinya sedih.
Entah berapa puluh juta atau ratusan juta yang sudah Ibu habiskan untuk pengobatan Putri. Aku pribadi jujur tidak sanggup berada di posisi mereka. Banyak orang-orang yang ujiannya lebih berat dibandingkanmu, Gung. Masa baru segitu aja udah putus asa?
***