RINDU!

cara-mengerjakan-shalat-tahajud

 

Aku kesulitan menuliskan judul untuk tulisan ini. Kuputuskan untuk memberi satu kata itu sebagai pembuka. Penggemar Tere Liye ya? Ah, tak selalu kata Rindu berasosiasi dengan Bang Darwis itu kan. Lagipula Rindu adalah kata universal yang bebas dipakai siapa saja. Entahlah, diksi “Rindu” rasanya lebih magis dibandingkan sekedar “Kangen”.

Terus apa yang dirindukan nih?

Rindu tidur karena bulan puasa bawaannya ngantuk plus jam istirahat berkurang?

Bukan, bukan aku yang rindu. Tapi para orangtua itu.

Kita semua tahu kan semakin bertambah usia, jam tidur seseorang juga berkurang. Kalau anak muda dan rada kebluk sih beres Isya tidur sampai bablas Subuh aja tetap bisa ngantuk. Berbeda dengan para orangtua. Jam tidur mereka mungkin tinggal enam jam atau kurang. Karena ya memang sudah sulit tidur. Ada aja gangguannya.

Di sini lah kelebihan orangtua dibandingkan anak muda menurutku. Dengan waktu istirahat yang semakin singkat, lebih besar peluang mereka untuk melakukan solat malam di sepertiga akhir. Qiyamullail atau tahajud. Atau kalau pas Ramadhan kayak gini ya solat tarawih istilahnya.

Coba kalau anak muda. Mabit semalam aja besoknya langsung balas dendam “tidur”dari pagi sampe siang, kadang nambah sore. Kan dodol banget itu.

Lalu apa  yang para orangtua ini rindukan?

Para orangtua ini merindukan untuk bisa solat tahajud. Sunyi. Lirih berdoa mendoakan anak-anaknya, mantu-mantunya, cucu-cucunya dan keluarganya deh pokoknya. Namun ada satu masalah di sini. Karena hafalan quran mereka mungkin masih minim, ketika solat tahajud ya surat yang dibaca itu-itu aja.

Mungkin malah yang tahunya cuma tiga “Qul” ya akhirnya itu terus yang dibaca. Diputar berulang-ulang. Itu lah yang mereka rindukan. Rindu untuk berdua saja dengan Rabbnya. Rindu untuk membaca ayat-ayat panjang dalam Al Quran andai saja mereka hafal.

Anak muda sih baca qurannya lancar, ngafal cepat dan gampang nempel. Namun tanpa pembiasaan, solat tahajud rasanya berat sekali untuk dilaksanakan. Ya ngantuk lah. Ya takut nggak focus di sekolah dan berbagai alasan dibuat-buat lainnya.

Pak! Bu! Kesempatan untuk belajar Quran itu masih ada. Jangan sampai menyerah. Jangan jadikan alasan kerja banting tulang demi anak menjadikanmu lalai dari Zat yang memberikan rezeki padamu dan anak-anakmu. Jangan menjadi lilin yang menerangi namun meleleh serta melupakan diri sendiri.

Jika belum lancar baca quran, tetap bisa belajar untuk memperbaiki bacaannya kan?

Jika sulit sekali rasanya menghafal, bukankah kalian rindu untuk berlama-lama dalam tahajud, berdua dengan Rabb kita?

RINDU!

Leave a comment