Apa bisa orang tua yang tak bisa baca Quran punya anak penghafal Quran?

 

ngaji-al-quran_20150625_112615

Kalau mau jawaban pendek dari pertanyaan ini maka diksi “Ya” sudah cukup untuk mewakili. Kan pertanyaannya bisa atau tidak kan? Yaudah jawabannya “Ya, bisa!”

Tapi aku ingin mengajakmu pergi ke dua tahun yang lalu, Kawan. Suasana bulan Ramadhan juga di masjid Jogokariyan. Masjid kampung yang menjadi masjid percontohan terbaik di negeri berpenduduk mayoritas muslim ini.

Saat itu itikaf. Anak muda baru lulus kelas satu Aliyah itu menjadi imam. Wajahnya ganteng, suaranya tegas, bicaranya cepat. Bacaan qurannya ketika mengimami merdu. Sering berandai-andai kalau saja bisa seperti dia.

Tapi ternyata aku salah paham menganggap dia anak muda biasa. Ketika penulis buku-buku Islami best seller itu mengisi tausyiah dan bercerita tentang anak muda itu. Terungkap ternyata sang ayah dari pemuda adalah ulama fiqih yang amat disegani di daerah Solo Raya.

Ganteng, hafal Quran, suaranya bagus, ternyata anak ulama juga. Ah sudah serasa sempurna hidupnya. Bagaimana dengan hidup kita? Wkwkkw.

Ada satu kisah yang menarik lainnya.

Satu orang pengusaha fotokopi dan seorang pak dosen. Entah kenapa aku senang banget mengambil pak dosen sebagai contoh. Maaf ya, Pak dosen. Keduanya sama-sama punya empat anak. Dan keempat anaknya belajar Quran. Jumlah hafalannya macam-macam. Ada anak yang sudah hafal 6 juz, 3 juz, 2 juz bahkan 1 juz.

Tapi apa kesamaan Antara pak dosen dan pengusaha fotokopi ini? Mereka tahu tanpa keteladanan, maka akan sulit bahkan mustahil memiliki anak penghafal Quran. Keduanya belajar Quran meski di usia yang tidak muda lagi, meski dengan kesibukan super padat, meski banyak alasan yang bisa membuat mereka bisa saja meninggalkan aktivitas menghafal Quran.

Jadi para Ayah ini belajar Quran dan menghafal juz 30. Awalnya bacaannya belum lancar, awalnya surat an naba aja tidak hafal, tapi demi anak akhirnya mereka berjuang. Jadi jika para Ayah ini mampunya hanya hafal juz 30, semoga dengan teladan ini anak-anaknya bisa hafal 30 juz.

Jadi jika seorang ayah tidak bisa baca Quran, apakah anaknya bisa hafal Quran? Jawabannya bisa namun ada syaratnya. Apa? Sang ayah juga harus belajar al Quran. Karena anak butuh teladan. Tak harus sang ayah hafal 30 juz seperti sang anak. Hafal juz 30 pun sudah sangat berharga dan bisa jadi teladan luar biasa buat si anak. Bapaknya aja yang segitu sibuk masih bisa ngafal Quran loh.

Lalu buat jomblo-jomblo bagaimana? Ya sebelum nikah kita habis-habisan belajar quran dan ngafal lah. Kalau nggak bisa ngafal 30 juz, masa nggak mau ngafal juz 30?

Agar Sedikit Ilmu yang Allah Anugerahkan Ini Tidak Hilang Begitu Saja

 

17. Abdurrahman Al-Anwari r

Ada Ustadz yang bikin pondok karena sudah hafal quran.

Ada dermawan yang bikin pondok karena punya keluasan harta.

Ada ayah yang bikin TPA karena ingin anaknya hafal Quran.

Ada anak muda yang bikin Rumah Tahfzih sekalipun dia cuma punya hafalan juz 30.

Menarik bukan?

Terkadang gerakan dakwah seseorang tidak terlalu njelimet dengan syarat-syarat rumit. Kalau mau bikin TPA, harus jadi guru Quran dulu. Kalau mau bikin pondok harus punya gelar Lc dulu. Tidak. Ada sedikit ilmu yang Allah anugerahkan pada kita, ada sedikit harta yang Allah titip pada kita, semua itu bisa jadi energi besar untuk mendakwahkan Al-Qurán di masyarakat.

Berbeda dengan fiqih yang perbedaannya amat luas dan rentan terjadi gesekan di masyarakat. Dakwah Quran ya gitu-gitu aja. Huruf-huruf hijaiyah ya gitu-gitu aja. Mungkin kalau sudah ke luar negeri bakal ketemu qiroah yang beda. Tapi selama di Indonesia yaudah gitu-gitu aja.

Berbagai metode belajar Quran juga berkembang. Cara cepat belajar Quran dengan metode Iqro sempat booming di zamannya dan masih dipakai hingga sekarang. Entah sudah berapa juta atau puluhan juta orang yang terbantu untuk membaca quran dengan metode iqro.

Hari ini para orangtua atau anak muda yang ingin mulai belajar quran tapi kelamaan kalau baca iqro, sudah muncul beragam metode. Ada Tsaqifa, Qiroati, Karima, Rubayyat dan masih banyak lagi. Anak muda zaman now dimanjakan dah kalau urusan belajar Quran. Tinggal mau apa nggak aja kan? Sesederhana itu sebenarnya.

Lalu apa yang bisa kita lakukan setelah hafal juz 30? Atau gimana sih cara cepat buat bisa istiqomah belajar quran dan ngafal juz 30?

Satu hal yang bisa kalian coba adalah dengan sekalian mendirikan Rumah Tahfizh atau Rumah Quran atau TPA yang khusus tahsin dan hafal juz 30. Memang butuh energi banyak, belum lagi serangkaian tantangan yang menghadang ke depan.

Buat yang sudah hafal juz 30, dengan mengajarkannya maka hafalanmu akan semakin kuat. Buat yang belum hafal, undang guru dan ajak teman atau anak-anak untuk bareng belajar quran. Insya Allah bisa istiqomah karena sudah mengkondisikan diri kan. Membuat lingkungan dan iklim untuk rutin belajar Quran.

Semangatlah! Jangan mudah putus asa. Aku bisa. Mbah-mbah umur 68 tahun saja bisa. Kamu apalagi. Bisa kok.

Oya ada satu lagi sih ide menarik. Patut dicoba dengan resiko tinggi. Nikah aja dengan penghafal Quran. Eaa.

Tukang Jahit dan Preman Pensiun

 

maxresdefault (3)

Ada kisah menarik tentang tukang jahit. Tukang jahit laki-laki sudah biasa kan ya?

Tapi tukang jahit ini jadi tidak biasa karena dulu ketika SMK dia memilih jurusan tata busana. Jangan dikira anaknya maho. Tampilannya klimis malah beberapa gadis sempat khilaf padanya. Untung si tukang jahit ini sudah tidak khilaf.

Buat para pembully atau anak yang zaman sekolah dulu sering banget mengolok-ngolok anak lainnya karena satu kekurangan. Pernahkah terbayang olehmu bahwa anak yang dulu kau olok-olok itu, atau bully itu, kita beri contoh tukang jahit yang pernah ngambil jurusan tata busana di SMK ini, ternyata dia malah jadi lebih hebat darimu?

Maksudnya gimana?

Aku kurang tertarik jika urusan lebih hebat ini dalam urusan dunia. Itu bukan gayaku, soalnya kalau urusan dunia aku cuma punya kelebihan dalam urusan berat badan saja. Wkwkwk.

Terbayang nggak, sekarang bulan Ramadhan nih, kamu yang dari kecil suka jadi tukang bully itu duduk di masjid jadi jamaah. Sedangkan anak laki-laki yang kau bully, tukang jahit yang sekolah tata busana itu, maju menjadi imam solat dengan bacaan merdu?

Jleb banget momen itu kan.

Aku tak mengerti tentang feminis atau apa. Tapi tukang jahit yang dulu dibully karena jurusan sekolahnya itu kini bisa mencengangkan tukang bully istilahnya.

Allah memuliakan orang yang berkawan dengan Quran. Kamu boleh seorang dosen, pebisnis, pejabat atau orang-orang yang mempunyai standar kekayaan dan prestise tinggi di masyarakat. Tapi jika di dalam masjid, kalian akan jadi jamaah saja tanpa Quran.

Duh kok tulisannya seperti membenturkan dunia dan akhirat ya? Hehe. Sebenarya ingin menunjukkan saja kepada tukang bully, kalau orang yang dulu dibullinya itu kini jadi mulia dengan Qur’an.

Orang yang diberi keluasan rezeki oleh Allah. Dia akan mulia dengan Al Qur’an. Kekayaan harta itu akan digunakannya untuk mendakwahkan Al Quran. Entah dengan membuat pondok pesantren atau rumah tahfizh. Atau bisa juga memberi beasiswa bagi para pelajar tak mampu untuk belajar.

Orang yang punya keluasan ilmu juga akan mulia dengan Al Qur’an. Ilmunya yang tinggi akan mudah saja dibagikannya pada orang lain. Al Quran akan membuat seorang ahli ilmu menjadi rendah hati.

Quran juga akan membuat seseorang dengan perangai keras seperti Umar menjadi lembut. Bisa jadi karakter kerasnya tak kan berubah, tapi karakter kerasnya itu justru berbalik menjadi dukungan buat Islam.

Kebayang kan kalau preman pensiun terus hijrah lalu hafal Quran jadinya kayak apa?

Jangan Minta Selfie

maxresdefault (2)

Apa perasaanmu jika bisa berfoto dengan seseorang yang amat kau idolakan?

Missal nih kamu senang banget sama lagu Sayang yang dinyanyikan oleh Via Vallen. Terus kamu ternyata secara tidak sengaja bertemu dia. Entah di undangan nikahan mantan atau pas lagi ikut lomba lari 5K. Kamu senang banget sama Via loh, pasti minimal lah ya kamu bakalan bilang kan kalau udah suka sama Via dari duluuu banget. Sebelum Via terkenal seperti sekarang, lagu-lagunya sudah sering kamu dengar pas naik bus Solo-Tawangmangu itu. Hahaha.

Buat mengabadikan momen langka itu, paling nggak minta selfie lah ya supaya bisa buat diupload di Instagram atau dipajang di whatsapp story.

Nggak tahu sih kalau itu kisah nyata atau tidak. Tapi jika kamu bertanya pada seorang akhwat yang bekerja di media Islami sekitaran Matraman, Jakarta. Dia punya kisah yang menarik. Ada rekan jurnalisnya, laki-laki dan jomblo. Dulu ngefans banget sama Dian Pelangi. Secara Dian begitu menginspirasi dengan deretan desain busana muslimahnya itu. Keren lah pokoknya.

Akhirnya si akhwat dan si laki-laki ini ternyata kesampaian bertemu Dian Pelangi. Bahkan sempat meminta foto bersama.

Ah, sudah. Itu hanya sekedar ilustrasi yang malah memakan banyak kata di tulisan ini. Sebenarnya apa sih yang ingin kamu tulis, Gung? Jangan minta selfie maksudnya apa?

Ini kaitannya dengan ceramah Ustadz Hanan Attaki di masjid Agung Karanganyar pekan lalu. Ustadz dengan jutaan followers itu begitu dicintai anak muda yang mendaku hijrah hari ini. Bahkan dalam beberapa kesempatan, ketika beliau baru mulai ceramah, jamaah akhwat sudah histeris ketika mendengar suara eksotisnya itu.

“Kalau ketemu Ustadz jangan minta selfie. Minta doa!”

Kalimat nasehat alumni Al Azhar itu begitu membekas. Beberapa teman dan ribuan jamaah yang tumpah ruah sampai ke alun-alun Karanganyar tentu senang bukan jika bisa diajak selfie sama Ustadz misalnya. Tapi berapa orang sih yang kepikiran minta doa beliau untuk dijadikan ahlul Quran, penghafal Quran?

Bahkan yang namanya Ustadz atau guru itu tidak memandang jumlah followers di sosmed kok. Jikalau tak masuk daftar 200 penceramah rekomendasi Kemenag pun, jika dia adalah guru kita yang membuat kita semakin memahami agama ini, dia sangat layak untuk kita mintakan doa. Minta doa pada Ustadz kita agar dijadikan ahlul Quran, jadi penghafal Quran, jadi penjaga Quran.

Kita amat butuh doa mereka.

Beginilah Kita

Membaca-Al-Quran

Ada seorang putra pahlawan nasional di daerah Solo Raya. Beliau adalah dokter bedah terkemuka salah satu pengurus Rumah Sakit Karima Utama. Ayah beliau adalah pahlawan nasional dr. Soeharso. Tak perlu kusebutkan nama beliau. Semoga amal ibadah beliau, Allah beri ganjaran dan pahala di sisi Nya.

Satu ketika, beliau sedang bersepeda dari Solo ke Tawangmangu. Jangan bayangkan perjalanan Solo-Tawangmangu seramai sekarang. Dulu kiri kanan jalan tak ubahnya sawah, seperti naik-naik ke puncak gunung gitu. Bahkan lebih dari 20an tahun lalu, tak ada yang tertarik dengan kawasan dusun Pakel. Malah banyak sekali hal-hal berbau klenik dan perdukunan di sana.

Tak disangka, dari awalnya pesawahan berundak di pinggir jalan, daerah itu berubah menjadi pesantren megah sekarang. Ah, tak perlu kusebut juga nama pondoknya. Sudah ribuan alumninya menjadi ahlul quran. Berkarya menyebarkan dakwah quran ke belahan negeri bahkan sampai Jepang sana.

Pesantren dan putra pahlawan nasional yang tak kusebut namanya saling berhubungan. Beliau adalah ayah dari para penghafal quran. Bahkan aku yang “hanya” belajar tahsin dan ngafal juz 30 saja secara tidak langsung mendapatkan manfaat dari beliau.

Berapa uang yang kalian punya sekarang?

Jika punya 100 miliar mungkin kalian bisa membuat satu pondok modern yang bisa menampung ratusan atau ribuan orang belajar quran.

Jika punya 100 juta boleh jadi kalian mampu untuk memberi beasiswa penuh pada puluhan santri untuk mondok dan belajar quran.

Jika kalian punya 100 ribu cobalah untuk membeli satu mushaf quran dan diwakafkan ke rumah tahfizh atau TPA. Siapa tahu dari satu mushaf itu akan lahir ahlul quran yang mewakafkan waktu dan dirinya untuk umat, untuk mengajarkan quran.

Jika cuma punya 100 rupiah saja bagaimana? Boro-boro untuk infaq, buat makan sehari-hari saja masih kurang.

Jika seperti itu, yuk kita perbanyak baca quran. Bukankah dari setiap huruf yang kita baca Allah akan memberikan pahalanya? Bukan satu halaman atau satu juz baru dapat pahala loh. Baca alfatihah saja sudah berapa ratus huruf yang kita baca? Atau malah sudah tembus ribuan?

Ya, beginilah kita.

Rezeki tak seluas orang lain. Infaq sulit. Baca quran juga malas. Lalu apa yang akan kita banggakan ketika bertemu Allah kelak?

Ya Rabb! Please Bangunkan Rumah Untukku di Surga!

26menyulap-rumah-minimalis-seluas-rumah-surga

Meskipun sebagian besar dari kita terbiasa dengan surat-surat pendek di akhir juz 30. Namun ada beberapa ayat yang tanpa menghafal pun biasanya kita hafal. Contohnya apa?

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

 

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS Al Baqoroh: 183)

Apalagi pas bulan puasa gini, tak berlebihan jika dibilang orang yang nggak puasa dan lalai solat ke masjid aja bisa hafal ayat ini saking seringnya diulang-ulang. Bener apa betul?

Ada satu lagi ayat yang kusuka. Dan kita juga sering mendengar terjemahannya, bisa juga sih hafal ayatnya lagipula memang popular juga kok
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

 

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim: 6)

Maknanya luar biasa kan? Jagalah! Jagalah diri dan keluargamu dari neraka. Jagalah orang-orang paling kamu cintai dari berpaling pada Rabbnya. Jaga benar-benar. Kita nggak mau cuma jadi keluarga di dunia. Kita ingin bisa bertemu juga di surga.

Ada satu lagi ayat favorit, aku penasaran betul karena waktu itu dengar ceramahnya Ustadz Hanan Attaki. Kalau kajian lain itu banyaknya akhwat yang datang, Ustadz asal Bandung ini tiap kajiannya cowok-cowok kekinian nan jomblo biasanya memenuhi masjid sampai luber ke halaman.

Teman-teman tahu Asiyah? Bukan Aisyah istri Rasulullah loh ya, tapi Asiyah istri Firáun. Pelajaran telak bagi para suami yang zholim tapi ternyata punya istri solehah. Nah pas dengerin kajian Ustadz Hanan itu, beliau menyampaikan tentang doa Asiyah di surat At Tahrim.

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

 

Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim. (QS. At Tahrim: 11)

Tanya deh sama anak muda zaman now. Gimana sulitnya buat punya rumah. Harga tanah dan rumah melangit sejadi-jadinya. UMR naik ya segitu aja. Buat punya rumah yang harganya ratusan juta atau malah tembus miliaran gimana coba?

Tapi Asiyah ternyata ingin punya rumah juga, di surganya Allah. Beliau juga minta sama Allah supaya dijaga dari kezholiman Firáun.

Dalam ceramahnya itu Ustadz Hanan bilang bisa banget kita jadikan doanya Asiyah ini sebagai dzikr. Ketika lagi marahan sama suami istri, bisa sambil baca doa ini. Memang istri atau suami kalian tidak sejahat Firáun. Tapi bukankah doa ini sangat indah? Daripada marah-marah, pas ada cekcok Antara suami istri itu, mending pakai doa ini sebagai dzikr. Indah banget kan?

Mungkin ada lah satu atau dua tahun lalu ketika pertama kali mendengar doa ini dari Ustadz Hanan. Saat ini ya jelas belum bisa praktek karena status masih digantung. Ehh. Tapi sekarang, aku begitu bersyukur, tak hanya doa itu yang bisa kuhafal, tapi Allah telah memberikun satu pemberian yang amat indah. Allah mudahkan aku untuk menghafal dan murojaah surat At Tahrim ini.

Ya Allah! Satu pintaku. Juga pinta kami semua.

Bangunkanlah satu rumah untuk kami di surga please!

RINDU!

cara-mengerjakan-shalat-tahajud

 

Aku kesulitan menuliskan judul untuk tulisan ini. Kuputuskan untuk memberi satu kata itu sebagai pembuka. Penggemar Tere Liye ya? Ah, tak selalu kata Rindu berasosiasi dengan Bang Darwis itu kan. Lagipula Rindu adalah kata universal yang bebas dipakai siapa saja. Entahlah, diksi “Rindu” rasanya lebih magis dibandingkan sekedar “Kangen”.

Terus apa yang dirindukan nih?

Rindu tidur karena bulan puasa bawaannya ngantuk plus jam istirahat berkurang?

Bukan, bukan aku yang rindu. Tapi para orangtua itu.

Kita semua tahu kan semakin bertambah usia, jam tidur seseorang juga berkurang. Kalau anak muda dan rada kebluk sih beres Isya tidur sampai bablas Subuh aja tetap bisa ngantuk. Berbeda dengan para orangtua. Jam tidur mereka mungkin tinggal enam jam atau kurang. Karena ya memang sudah sulit tidur. Ada aja gangguannya.

Di sini lah kelebihan orangtua dibandingkan anak muda menurutku. Dengan waktu istirahat yang semakin singkat, lebih besar peluang mereka untuk melakukan solat malam di sepertiga akhir. Qiyamullail atau tahajud. Atau kalau pas Ramadhan kayak gini ya solat tarawih istilahnya.

Coba kalau anak muda. Mabit semalam aja besoknya langsung balas dendam “tidur”dari pagi sampe siang, kadang nambah sore. Kan dodol banget itu.

Lalu apa  yang para orangtua ini rindukan?

Para orangtua ini merindukan untuk bisa solat tahajud. Sunyi. Lirih berdoa mendoakan anak-anaknya, mantu-mantunya, cucu-cucunya dan keluarganya deh pokoknya. Namun ada satu masalah di sini. Karena hafalan quran mereka mungkin masih minim, ketika solat tahajud ya surat yang dibaca itu-itu aja.

Mungkin malah yang tahunya cuma tiga “Qul” ya akhirnya itu terus yang dibaca. Diputar berulang-ulang. Itu lah yang mereka rindukan. Rindu untuk berdua saja dengan Rabbnya. Rindu untuk membaca ayat-ayat panjang dalam Al Quran andai saja mereka hafal.

Anak muda sih baca qurannya lancar, ngafal cepat dan gampang nempel. Namun tanpa pembiasaan, solat tahajud rasanya berat sekali untuk dilaksanakan. Ya ngantuk lah. Ya takut nggak focus di sekolah dan berbagai alasan dibuat-buat lainnya.

Pak! Bu! Kesempatan untuk belajar Quran itu masih ada. Jangan sampai menyerah. Jangan jadikan alasan kerja banting tulang demi anak menjadikanmu lalai dari Zat yang memberikan rezeki padamu dan anak-anakmu. Jangan menjadi lilin yang menerangi namun meleleh serta melupakan diri sendiri.

Jika belum lancar baca quran, tetap bisa belajar untuk memperbaiki bacaannya kan?

Jika sulit sekali rasanya menghafal, bukankah kalian rindu untuk berlama-lama dalam tahajud, berdua dengan Rabb kita?

RINDU!

Akan Kutukar Hidup dan Seluruh Kekayaan Ini, Andai…

Mengapa-Sedekah-Tidak-Mengurangi-Harta-Justru-Menambahnya-Begini-Penjelasan-Hadits

Ada seorang teman. Lebih muda beberapa tahun. Kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta favorit di Solo sana. Penghafal Quran. Bedanya, dia ngafal 30 juz sedangkan aku juz 30. Hehehe.

Selalu menyenangkan ngobrol dengan teman. Bisa tema apa saja. Tapi jika berteman dengan orang-orang yang berusaha memahami agamanya. Selalu ada kisah hikmah dan obrolan tak kan jauh-jauh dari Allah deh.

Satu hari temanku itu pernah dicurhati seorang dosen. Wes, jarang-jarang nih mahasiswa jadi tempat sharing dosennya malah. Aku lupa detailnya, dosen ini malah punya jabatan structural tinggi di kampus. Lalu apa yang dikatakan pak dosen ini?

Pak dosen ini bilang jika bisa dia akan menukarkan semua prestasi dan kekayaan ini supaya bisa hafal quran. Artinya kalau bisa tukeran hidup sama mahasiswanya dia mau banget deh. Seolah dengan sekian prestise dan keluasan harta yang dimilikinya, serasa hampa tanpa Qurán.

Penyesalan selalu datang terlambat. Kalau di awal katanya pendaftaran. Menyesal saat pendaftaran mungkin lebih bagus kali ya daripada di akhir.

Semuanya butuh kerja keras dan kesungguhan kan. Mau cari dunia harus all out. Mau cari akhirat apalagi. Buat mereka yang sudah all out cari dunia, kadang dunia kejam dan hasil tak sesuai harapan. Tapi bagi mereka yang mencari akhirat, apakah Allah tega akan menyia-nyiakan upaya sang hamba?

Jika teman-teman yang sudah hafal 30 juz itu sekarang sedang ngajar anak-anak TPA di negeri Kapten Tsubasa sana. Sebaliknya seorang teman yang baru lulus juz 30 itu bahkan sudah dipercaya jadi imam tetap selama Ramadhan di kampungnya. Tetap mulia dan tak berkurang sedikitpun manfaat dari Quran ini.

Lalu bagaimana jika seolah waktu telah terlambat untuk memulai segalanya?

Tak ada kata terlambat. Sungguh!

Mbah Siti pendengar setia radio Quran itu bisa hafal juz 30 di usianya 60an tahun. Kamu yang masih muda, usia paling belasan, 20an tahun, 30an tahun atau 40an tahun sungguh tak kekurangan satu apapun untuk memulai belajar.

-Susah ngafal? Ada metodenya buat ngafal lebih mudah. Jangan langsung banyak!

-Bacaan quran masih belum baik? Ada kelas tahsin buat memperbaiki bacaan quran.

-Nggak ada waktu? Derita lo. Semua orang punya 24 jam kok sama.

-Nggak bisa-bisa? Sebenarnya bisa, Cuma kalau orang lain 10 kali baca langsung hafal. Kamu mungkin harus baca 1000 kali dulu baru hafal. Nggak masalah kan.

Dari semua ini juga bukan siapa cepet-cepetan hafal Quran 30 juz. Tapi kita berharap, saat malaikat maut menjemput, lisan ini sedang membaca ayat-ayat Allah. Kalau nggak terbiasa baca quran dan mencoba ngafal dari sekarang, yakin bakalan mati dalam keadaan dekat sama Quran?

Orang-orang yang Membuatmu Iri Setengah Mati

images (1)

 

-Menikah

-Punya anak

-Punya rumah

-Punya motor atau mobil

-Istri cantik

-Kerja di tempat top

 

Nah kira-kira apalagi hal-hal yang bisa membuat seseorang iri pada temannya, Kawan?

 

-Punya hafalan

 

Eh, opsi terakhir teramat jarang jika tidak bisa dibilang nihil. Oke sekarang cobalah tengok teman-teman baik kita. Sebagian sudah menemukan belahan jiwanya. Ada lagi yang sudah Allah anugrahkan padanya keturunan. Beberapa berkarir di tempat top ibukota sana, gajinya bisa dua digit, Bro.

Banyak sekali hal-hal yang sifatnya dunia bisa membuat diri ini iri. Duh, panas rasanya. Ingin melakukan hal yang sama supaya bisa setara. Namun teringat pesan seorang Ustadz.

“Ikhtiar orang itu bisa ditiru tapi rezeki tidak.”

Maksudnya? Kita bisa meniru upaya yang dilakukan oleh seseorang yang sukses. Tapi urusan hasil setiap orang akan berbeda. Amat bergantung pada apa yang Allah beri juga.

Kawan, kita ilustrasikan dalam lukisan kata-kata sederhana. Missal nih kalian waktu zaman sekolah dulu rajin. Berupaya untuk jujur. Prestasi di sekolah juga oke. Hanya untuk beberapa tahun kemudian kalian sadar bahwa kerja keras di masa SMA itu sia-sia.

Anak yang tak jujur mulus sekali hidupnya malah diterima kerja PNS missal. Ada yang sekolah malas tapi nikah duluan. #Ehh. Seolah apa yang kamu lakukan kok tak linier dengan apa yang dihasilkan kini.

Kawan, aku ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat. Ada dua pak dosen yang kukenal. Mereka tinggal di kota berbeda dan boleh jadi nggak kenal satu sama lain. Kesamaannya apa? Punya rumah, punya mobil, punya istri, dan untuk urusan dunia rasanya seperti sempurna.

Namun ada satu lagi kesamaan yang membuatku iri setengah mati pada mereka. Keduanya aktivis. Berupaya mendakwahkan Islam dengan cara masing-masing. Malah ada satu waktu saat aku dan salah satu pak dosen ngafal juz 30 bersama. Salut!

Kalau bukan karena mereka begitu semangat dalam urusan memahami agama ini, rasa-rasanya aku tak kan seiri ini.

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17).

Seperti yang Ustadz sering katakan berulang-ulang. Allah itu sudah memudahkan Al Quran ini untuk dihafal, untuk dipelajari. Masalahnya ada yang mau nggak?

Tidak hanya dua pak dosen itu. Ada tukang jahit, tukang bakso, tukang tambal ban dan orang-orang dengan pekerjaan “tidak keren di mata masyarakat” lainnya yang datang memenuhi seruan Allah itu. Aku juga sedang menjalani itu. Kamu?

Kapan mau mulai ngafal juz 30? 😀

Lilin Harapan dan Waktu yang Tak Pernah Berdusta

membaca-al-quran-696x466

Belajar Quran Itu Susah Atau Gampang? Jika kau ajukan pertanyaan ini pada 1000 orang maka jawabannya akan berbeda-beda pula. Akan ada yang menyebut gampang. Ada juga yang menyebut susah. Gampang alasannya apa, susah juga alasannya apa. Beda-beda.

Apa yang kita alami seringkali belajar Quran itu susah justru ketika kita tidak belajar. Nah! Lah sudah merasa susah duluan akhirnya nggak belajar kan. Takut ketemu yang susah-susah. Pengennya sih belajar Quran sekali langsung lancar. Atau suaranya langsung bagus kaya Muzzamil. Ngafal satu halaman mudah. Pokoknya kita ingin dapat yang mudah-mudah deh. Kalau sekiranya susah, ya nggak usah belajar. Wong susah kok. Sering berpikir seperti itu?

Dulu daftar surat yang ada di juz 30 aja nggak tahu. Nama-nama suratnya aja nggak tahu. Dua tahun lalu saat sepuluh hari pertama bulan Ramadhan di Bogor, pengen sambil tahsin dan ngafal juz 30. Alhamdulillah tahsin sedikit-sedikit dapat. Ngafal mah nggak. Cuma melancarkan surat-surat pendek yang pernah dihafal. Jangankan ngafal satu halaman, ngafal satu ayat aja udah berat duluan karena dalam pikiran ini rasanya udah susah kok.

Alhamdulillah. Satu langkah awal itu, ketika memutuskan ikut karantina 10 hari pertama Ramadhan dengan Pesantren Bina Insan Kamil, ternyata manfaatnya terasa sampai sekarang.

Masuk logika nggak? Juz 30 aja belum hafal. Bacaan Quran aja masih belum cukup baik. Tapi udah ada keinginan untuk hafal Quran 30 juz. Memelihara harapan di hati. Memang bagai mimpi di siang bolong. Dan setiap ada kesulitan rasanya pengen lari. Seperti itu terus berulang.

Setelah dua tahun berlalu, dan kini menikmati 10 hari pertama Ramadhan di Jogja. Allah anugerahkan begitu banyak nikmat. Bisa sambil murojaah juz 30 ketika di bus. Bisa ngimamin anak-anak TPA solat tarawih. Bisa sedikit mengajarkan Quran ke teman-teman, bapak-bapak dan ibu-ibu di mushola. Ternyata tidak sesusah yang dibayangkan dulu.

Udah hafal 30 juz, Gung? Belum sih. Masih jauh mungkin. Tapi rasanya mimpi-mimpi itu bakalan bisa tercapai deh.

Kuncinya apa?

Pelihara terus harapan baik itu di hati ini. Dan buatlah langkah pertama. Selanjutnya semoga Allah kan bukakan jalan untukmu.